Family Stories

Kemandirian Seorang Kaka Dalam Diri Ai

Atthaya Aisy Farzana.
Begitu kami menamai bayi mungil yang lahir 5 tahun yang lalu. Yang berarti “Hadiah kehidupan yang bijaksana”.

Harapan kami melambung setelah 2 tahun kemudian, Ai resmi dipanggil kaka karena Hana lahir. Kami melatih kemadirian Ai sebagai kaka agar sedikit demi sedikit ketergantungannya dengan kami makin berkurang.

Dimulai dari menyapih. Alhamdulillah tidak susah seperti yang saya bayangkan. Anaknya mudah sekali diberi pengertian, meskipun saat itu ia belum genap 2 tahun, seperti yang seharusnya ia dapatkan, karena saya sedang mengandung. Latihan kemandirian berikutnya adalah toilet training. Membutuhkan waktu 3 minggu-an untuk kaka membiasakan diri tidak mengompol dan pup di celana. Dan kaka sempat mengalami regresi (kembali ke kondisi awal, di mana kaka tidak bisa menahan untuk sampai toilet) saat kami balik ke Bandung lagi, setelah dari Surabaya.

Kalau saya amati, regresi yang terjadi dalam diri kaka saat itu adalah perubahan pola hidup dari di Surabaya (yang berhawa panas) ke Bandung (yang dingin, menurut kami) dan karena kehadiran anggota keluarga baru. Tentu kaka terlihat kesal, sedih, bahkan tak jarang saya menemui kaka diam karena marah. Alhamdulillah, saat hal itu terjadi, Abi selalu bisa menemani kaka dalam tumbuh kembang emosinya. Abi yang selalu bisa membuat suasana hati kaka kembali ceria.

Pentingnya pendampingan pasangan dalam hal ini, membuat saya merasa tidak sendiri dalam mendidik anak-anak. Termasuk melewati malam-malam yang panjang ketika anak-anak terjaga dari tidurnya.

Di usia 5 tahun kaka kini, membuat saya makin mengenalnya. Kekuatan dan kelemahan kaka menjadikan semangat saya menumbuhkan fitrahnya. Kaka yang suka sekali menggambar, bahkan ketika ditanya kaka ingin jadi apa? Ia sudah mantap menjawab, “Aku ingin menjadi seorang pelukis.”

Begitulah kaka.
Dimanapun, kapanpun…selalu mencari kertas untuk dijadikan media menggambar. Kalaupun tidak bertemu kertas, ia menggunakan apa saja yang ada di sekitarnya. Karena imajinasinya yang luas itulah, kami juga membiarkan kaka menggambar di setiap tembok dan lemari yang kami punya di rumah.

Tak lupa, saya membacakan buku-buku kisah Nabi dan Rasul kepada anak-anak. Dan kaka paling mudah menangkap Kisah dari buku yang sederhana, seperti “Kisah 5 Sahabat”. Ia mampu menceritakan kembali ke-9 judul buku tersebut dengan gaya bercerita yang persis saya lakukan. Aah….anak-anak itu memang peniru yang ulung yaa….

Beberapa hari di bulan Mei ini, tampak perubahan dalam diri kaka. Tiba-tiba kaka meminta untuk disediakan kamar sendiri, karena ingin tidur sendiri tanpa ditemani seperti yang biasa saya lakukan.
Oke!
Persiapan pun dilakukan. Mulai dari menggelar kasur kecil yang biasa digunakan Abi sehari-hari, kini beralih kepemilikan, menjadi kasur kaka dalam rangka melatih kemandiriannya untuk dapat tidur sendiri.

tempatidur

Saya mempersilahkan kaka melakukan dekorasi kamar sesuai dengan keinginannya. Termasuk memilik seprai dan alas tidurnya. Belum lagi, ia memiliki 2 bayi mungil yang senantiasa menemani tidurnya. Sekarang, di kamar barunya, kedua bayinya pun mendapat tempat tidur baru.

bayi
Bayi kaka dalam box (kardus) yang hangat.

Setelah segala persiapan dilakukan, saya hanya membantu kaka dalam berdoa dan beberapa ritual sebelum tidur, termasuk bercanda dan bercerita ringan. Alhamdulillah, setelahnya kaka bisa tidur sendiri sampai pagi.

Kemandirian anak memang perlu dilatih, namun tidak perlu dipaksa. Karena itu adalah fitrah. Tugas orangtua hanyalah menjaga dan menumbuhkan fitrah tersebut untuk menjadi lebih baik.

Alhamdulillah,
Semoga kian bertambahnya usia, kian banyak kemandirian yang dicapai kaka.
Aamiin.

Kaka, fightiiing~~

 

6 thoughts on “Kemandirian Seorang Kaka Dalam Diri Ai

    1. Bubuuu….
      Aku sebenernya gak pingin jadi seperti keluarga lain.
      Cukupkan aku dengan apa yang aku punya dan aku sukuri.

      Tapi sering baca tulisan Bubu yang easy-going, aku jadi makin semangat menatap keluarga Bubu.
      Terimakasiiih yaa Bubu.

      Berkah selalu untuk Bubu dan keluarga.

      Like

Leave a comment