Bunda Sayang · Family Stories

Menyadari Anakku Adalah Bintang #day1

 

Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering “membanding-bandingkan” pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.

BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN

Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,

Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?

bukan dengan kalimat

 ❌ Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?

❌ ”Mengapa kamu tidak seperti adikmu?

Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan “mental jawara” anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.

MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH

 

Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang dan berharap terbangnya sepintar burung

Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.

Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang

Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.

ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN

Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “discovering ability” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.

Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar (enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy)dan menjadi hebat di bidangnya (excellent).

Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).

 

ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL

Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.

ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA

 

Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

📚 Sumber bacaan :
Septi Peni Wulandani, Semua Anak adalah Bintang, artikel IIP, 2016
Abah Rama, Talents Mapping, Jakarta, 2016
Dodik Mariyanto, Belajar Cara Belajar, paparan seminar, 2016

 

 

Semua orangtua setuju bahwa anak-anak didesain dengan membawa keunikan tersendiri. Namun seiring berjalannya waktu kadang keyakinan orangtua atas kemampuan anaknya terdistraksi oleh lingkungan sekitar.

Yuk, sama-sama belajar menjadi orangtua yang istimewa dan menjadikan  rumah tempat anak-anak menjadi bintang.

Asah kemampuan menjelajah potensi anak-anak.
Jelajahi 4 area kehidupannya:
🌟 Ranah hubungan intra personal (konsep diri)
🌟 Ranah hubungan inter personal (hubungan sesama)
🌟 Ranah hubungan dengan change factor (melek perubahan)
🌟 Ranah hubungan dengan Tuhan-Nya (melek spiritual)

 

Bagi anda yang sudah menikah dan mempunyai anak
📌 Amati aktivitas anak yang membuat matanya berbinar-binar dalam kehidupan sehari-hari.
📌 Temukan dan catat kekuatan anak-anak dalam aktivitas tersebut.
📌Ajak ananda membuat proyek terkait kegiatan yang membuatnya berbinar.

 

Cerita kami #day1

Hari kemerdekaan telah tiba. Perayaan untuk menyambutnya pun bertebaran dimana-mana. Tak terkecuali di sekolah adik Hana. Maka, hari yang biasanya adalah jadual saya mengaji di Salman, saya urungkan. Dan saya berangkat untuk mendampingi Hana berlomba di sekolah. Karena tema lomba di sekolah Hana tahun ini adalah Rabu Nyunda : Perlombaan Ibu-Anak.

Bagi yang ibunya bekerja, maka anak-anak didampingi oleh sang nenek. Jadi ada beberapa anak yang memang tampak kompak dengan neneknya.

Semua perlombaan di sekolah Hana mengijinkan setiap anak mengikutinya. Tidak ada batasan usia. Sehingga mereka layaknya bermain di hari sekolah, namun lebih istimewa karena berpasangan dengan orangtua yang mendampingi.

Dan tak mengira, Hana mengajak saya untuk mengikuti lomba memecahkan balon. Dengan mata saya yang harus ditutup, Hana bertugas menuntun saya hingga menuju balon yang akan dipecahkan dengan alat yang saya pegang. Tentu balonnya tidak biasa. Balon tersebut berisikan air berwarna merah. Dan apabila ditusuk, sudah barang tentu airnya akan membasahi kami.

lombamemecahkanbalon
credit photo by. Bu Imas (kepala sekolah RA Permana Asih)

 

Untuk Hana sendiri, ia bercerita telah mengikuti lomba menangkap ikan. Namun sayang, Hana tidak mendapatkan ikan. Saya menyemangati Hana, bahwa Hana hebat…sudah berani ikut lomba dan memegang ikan. Nyatanya, Hana memang anak yang idak mudah stres apabila mengalami kegagalan. Terbukti dengan betapa bahagianya ia ketika mendapat kalung penghargaan (yang berupa jajan) di lehernya. Hal tersebut sudah dianggap sebagai hadiah kemenangan Hana hari itu.

Alhamdulillah

 

Kaka Ai yang bersekolah full day, hari itu saya jemput. Dan saya selalu suka kepo sepulang kaka sekolah. Apa saja bisa saya tanyakan. Namun kadang beberapa hal membuat kaka kesal. Mungkin memang benar, saya yang tidak memperdulikan kelelahan kaka selama bersekolah. Belum lagi di rumah, saya membiasakan untuk Program Maghrib Mengaji. Dan kaka Ai adalah tipikal anak yang sangat menurut sekali. Sehingga saya hampir tidak pernah merasa kesulitan dalam mengarahkannya.

 

Sehingga kesimpulan saya hari ini :

Kekuatan Hana : Inisiator
Ia memiliki keinginan yang mampu diungkapkan dengan baik kepada orang lain. Terbukti dengan mengajak saya untuk ikut lomba bersama dengannya.

Kekuatan Ai : Penurut
Anak yang sangat patuh terhadap aturan.
Setiap kali apa yang saya mau, kaka selalu berusaha mematuhi.

 

Sekian kisah saya hari ini. Semoga bermanfaat.

Salam hangat,

lendyagasshi

 

22 thoughts on “Menyadari Anakku Adalah Bintang #day1

  1. Memang betul mba, setiap anak selalu memiliki sifat dan talenta masing-masing. Tidak ada yang bisa mengajarkan seekor harimau untuk makan rumput.. sebagai orang tua kita harus bisa menempatkan anak pada pos dan talentanya masing2.. untung mba lendy sudah menjadi ibu yang baik

    Like

  2. Yes.. setiap anak adalah bintang. Di area yang mereka suka dan kita arahkan sesuai kesukaannya. Dulu gw suka gambar tapi ga ada arahan, ga dikasih jalur kesana. Jadinya skrg nyesal. Mudah2an semua ortu menyadari soal ini ^^

    Like

  3. Banyak masalah kejiwaan oada orang dewasa terjadi karena mengalami trauma psikologi di masa kanak2..
    Yess penting sekali untuk memuji anak2 dan tidak membandingkan dengan orangvlain.
    Teruma kasih, tulisannya Mbak

    Like

  4. anak-anakku kemarin juga mengikuti lomba di sekolahnya, dan tidak ada satupun yang membawa pulang hadiah… tapi mereka terlihat baik baik saja, bahkan tetap ceria meskipun menceritakan kekalahannya…

    Liked by 1 person

  5. Saya belum menjadi orangtua sih, tapi saya setuju dna yakin bahwa setiap anak adalah bintang dengan ciri khasnya masing-masing. Sebagai seorang anak, saya merasakan bahwa saya tak suka disamakan oleh anak yang lain terlebih lagi adik saya. Karena ya, kami berbeda hehehe. Ilmu parenting yg baik :”)

    Like

  6. betul banget anak kita itu jangan dibanding bandingkan karena, setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangaanya masing masing.dengan adanya perlomba yang diadakan bersama dengan orang tua dan anak akan menambah keeratan antara anak kakak adik dan orang tua

    Like

  7. saya suka kalimat yang ini

    “Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “discovering ability” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas”

    jadi dibanding kita membanding-bandingkan anak atau memaksakan anak terhadap satu kemampuan, lebih baik fokus menambah wawasan anak dan menemukan bakat dari dalam dirinya, yang ia suka dan tanpa terpaksa

    Like

  8. nah, itu tuh, aku juga sedih sih, ternyata masih banyak juga orang tua yang belum menyadari bahwa anaknya adalah bintang, minimal untuk keluarganya. mungkin karena mereka belum faham aja sih, nggak tau teorinya

    eh harusnya pemerintah itu bikin ini ya, seminar pra nikah, belajar tentang parenting gitu… supaya calon ayah bunda itu tau gimana mengurus anak yang baik.

    ya kalo ibu2 di kota, mereka umumnya rajin baca buku dan scroll2 timeline tentang parenting. lah, kalo di desa? seminarnya juga masuk ke desa2 gituuu…. supaya edukasi parentingnya sampe ke semua lapisan masyarakat

    terus, acaranya haruslah dibuat gratis dan menyenangkan

    btw, kok dulu di tk ku nggak ada acara seru2an kompak2an sama bunda siiih, kan aku pengeeeen

    Like

  9. Iyaa, setiap anak itu terlahir unik. Dulu aku anggap anak itu sama dan bandingin dr aku sendiri. Kalau pas lagi belajar bareng dan mereka gak bs, aku sering marah2. Skrg udah agak bs ngatur. Semoga kalau punya anak sendiri jd sabar berlipat

    Like

  10. Betul Mbak …Allah tidak akan pernah membuat produk gagal. Kita sebagai orangtua harus bisa mendukung apa yang disukai oleh anak. Hindari membandingkan anak dengan yang lainnya. Karena kita juga gak mau dibandingkan dengan orangtua lainnya, bukan?

    Like

  11. setuju.. anak kembar aja sifat dan kemampuannya pun kadang beda..

    malah enak kalau anak anak diizinkan belajar sesuai bakat dan kemampuannya.. jadinya ga puyeng..

    aku dulu kecil males kalau belajar lg di rumah.. aku ga pernah disuruh bapak belajar lg di dirumah.. kata bapak yang penting di sekolah kamu aktif, kamu memperhatikan penjelasan guru dan bener2 fokus belajar..

    alhamdulillah nilai malah bagus terus dan peringkat kelas terus..

    Like

  12. “BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN”

    Duh itu makjleb banget. Baru aja kejadian hari ini. Thank you for sharing ya mbak…

    Like

  13. Aku sangat anti membandingkan anak dengan siapapun, karena dia ya dia. Pengalaman, kita aja enggak mau dibandingin gimana oranglain. Bukannya muncul rasa pengen jadi lebih baik malah pengen diem aja udah.

    Like

  14. Saya tertarik dengan kata enjoy
    Bener banget ya .ada anak yg berprestasi ..tapi ga enjoy Krn dipaksa orang tua
    Mata anak ga bisa berdusta ..saat orang tuanya berbunga bunga berpose dgn anak yg juara dlm misalnya suatu lomba..tp mata anaknya tidak bahagia
    Nampak lelah dan tertekan.

    Like

  15. Mbak Lendy, coba sekali-kali ngobrol sama mamaku biar punya pikiran kayak gini juga ke anaknya. :’)
    Ah kalo komentar kepanjangan nanti aku malah curhat ini, sih. Gak ada produk gagal, gak akan ada. Karena Tuhan Maha Segala.

    Like

  16. Program Magrib Wajib Mengaji ini memang bagus, beberapa daerah malah ada yang serempak menyuport anak-anak agar mematikan televisi ketika magrib dan menghabiskan waktu untuk belajar atau mengaji. Semoga bisa istiqomah terus ya, mbak. Aamiin

    Like

Leave a comment