Books and Movies

Sesi Tanya-Jawab Materi 1 Matrikulasi Koordinator IIP

Sesi tanya-jawab.

1. Ratih-IIP Bandung
Mohon info dan kisi-kisi untuk materi matrikulasinya supaya bisa maksimal HNW nya

Jawab :

MATERI MATRIKULASI IBU PROFESIONAL BATCH #2

Buat yang masih penasaran, apa saja sih yang dipelajari di program Matrikulasi Ibu Profesional, berikut beberapa materi yang akan menjadi bahan diskusi kita selama 8 minggu.

Prolog : Adab Menuntut Ilmu ( Senin, 17 Oktober 2016)
#1 [Overview Ibu Profesional] Menjadi Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga (Senin, 24 Oktober 2016)
#2 [Bunda Sayang] Membangun Peradaban dari dalam Rumah (Senin, 31 Oktober 2016)
#3 [Bunda Sayang] Mendidik dengan Fitrah, berbasis Hati Nurani (Senin, 7 November 2016)
#4 [Bunda Cekatan] Ibu Manajer Keluarga (Senin, 14 November 2016)
#5 [Bunda Cekatan] Belajar Bagaimana Caranya Belajar (Senin, 21 November 2016)
#6 [Bunda Produktif] Rejeki itu Pasti, Kemuliaan harus dicari (Senin, 28 November 2016)
#7 [Bunda Produktif] Menemukan misi spesifik hidup (Senin, 5 Desember 2016)
#8 [Bunda Shaleha] Ibu sebagai Agen Perubahan (Senin, 12 Desember 2016)

Untuk koordinator ada tambahan dua materi lagi tentang membangun komunitas.
Pengumuman Kelulusan tanggal 22 Desember 2016.

2. Sukeng-Iip Salatiga
Bun, jika guru anak kita ternyata berakhlaq kurang baik.
Misal suka berkata kasar, pilih kasih terhadap murid (hanya memperhatikan murid yang sering memberi sesuatu ke gurunya), budaya amplop ketika terima raport, dll.
Apa yang harus kita lakukan?
Apa kita harus memindahkan sekolahnya karena akhlaqnya ga sejalan?
Atau tidak kita pindahkan sekolahnya tapi diberi pengertian dan supaya anak bisa membedakan contoh baik dan buruk secara nyata?

Jawab :

Dalam pendidikan anak-anak kita memahami satu konsep ini
Anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy.

Sehingga orang dewasa di sekitar anak adalah orang-orang yang akan dicontoh oleh anak.

Dengan kasus tersebut apabila anak-anak masih usia 0-7 tahun, saya memilih untuk memindahkannya. 
Kalau anak usia 7-12 tahun, saya akan berikan fakta mana yang baik dan yang buruk, kemudian anak diberikan pilihan alternatif terbaik.
Anak usia 12-14 tahun ke atas, hargai penilaian dan keputusan anak, apapun pilihannya, kemudian dampingi.

Anak usia 14 tahun ke atas, ajari untuk mengatasi segala macam tantangan di depannya menjadi sebuah soluai bersama.

3. Dita-IIP Bandung
Assalamu’alaikum bu Septi,
Bagaimana etikanya ketika dalam diskusi online (dalam WAG mis.) kita ingin menjelaskan sesuatu dengan mengutip isi buku dengan cara memfotonya?
Karena pada saat mengirim foto tersebut kita masih bisa menyertakan sumber bukunya, tetapi jika foto tersebut di share/di forward lagi, keterangan sumber yang menyertainya menjadi tidak terbawa.
Terimakasih.

Jawab :

Teh dita, apabila kita ingin share foto, mohon keterangannya tidak di caption, melainkan ditulis di chat tersendiri, sehingga kita bisa memberikan footnote, apabila ingin share mohon di share secara utuh. Dan ada baiknya menyertakan sanadnya ( ini istilah hadist)

Contoh :
Sumber : info dari teh dita based on……

Dilanjutkan oleh @lelaqodry oleh @nesri dst.

4. Wiwik-IIP-Bandung
Agar cahaya ilmu masuk, maka salah satu adab mencari ilmu adalah mensucikan jiwa, bagaimana tahapan tazkiyatun nafs ini bu?

Jawab :

Teh wik, tazkiyatun nafs dalam mencari ilmu itu antara lain :
a.  Bersihkan niat, semata-mata untuk meningkatkan derajat kemuliaan hidup.
b. Ilmu itu untuk sebuah kemuliaan, maka carilah dengan cara-cara yang mulia.
Misal : tidak menyakiti orang yang menjadi sumber ilmunya, tidak membajak karyanya, tidak mengakui tulisannya sebagai tulisan kita, dan lain-lain.
c. Kosongkan kepala dengan ilmu yang sudah pernah kita dapatkan dan penuhi dengan rasa ingin tahu. Sehingga kita tidak jadi orang yang sok tahu.
d.  Belajar mendengarkan dengan sepenuh hati, ketika ilmu disampaikan.
e. Hilangkan dendam dan luka lama, sehingga kita tulus dalam menuntut ilmu, karena untuk kerahmatan bagi semesta, bukan karena kepentingan tertentu.

5. Prima-Iip Malang
Bagaimana cara-cara untuk mengamalkan ilmu agar bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitarnya?
Apakah hanya dengan berbagi saja?
Kalau iya harus berbagi, ilmu yg seperti apa yg boleh kita bagikan?
Apakah yang sudah kita aplikasikan dan berhasil?
Apakah yang hanya kita baca, belum kita aplikasikan lalu share? Atau bagaimana jika saat kita sudah baca, aplikasikan namun belum berhasil lantas kita share?

Terimakasih Bu Septi. ☺ terimakasih mba lela. ☺

Jawab :

Mbak Prima,
Sebuah ilmu itu kalau disampaikan dari hati, akan masuk ke hati, indikatornya akan menjadi amalan bagi yang mendapatkannya.

Tapi kalau disampaikan lewat mulut maka hanya akan sampai ke telinga, dan menjadi sebatas pengetahuan saja tanpa amalan.

Agar ilmu bisa disampaikan dengan hati, maka harus diamalkan terlebih dahulu.

Sehingga yang paling afdhol adalah sampaikan apa yang sudah kita kerjakan, karena Allah akan meletakkan ilmu itu di lidah kita saat diucapkan, sehingga penuh dengan ruh, dan terkadang kita sendiri dapat ilmu baru saat menyampaikannya.

Itu namanya ilmu yang berkah, insya Allah.

6. Shofi-IIP Bandung
Salah satu adab dari menuntut ilmu adalah ikhlas dan membersihkan diri/tazkiyatun nafs. Tapi ada kalanya hati kita sedang kotor, sedang malas.
Apa yg harus dilakukan terlebih dahulu?
Membersihkan diri dulu baru mengikuti majelis ilmu?
Atau bolehkah memaksakan diri untuk ikut, dengan harapan ketika berkumpul dengan orang-orang yang berilmu/ orang-orang yang sholeh maka kita akan tertular semangatnya/nilai2 kebaikannya?

Jawab :

Teh shofi,
kita analogkan dengan orang yang mau makan, tapi tangannya kotor, maka bisa dua-duanya, langsung makan tanpa cuci tangan dengan resiko sakit perut. Atau menunda nafsu makannya dulu, untuk mencuci tangan sebentar, baru makan.

Menuntut ilmu juga sama, ketika pikiran sedang penat, sedang malas, maka lebih baik, SWITCH terlebih dahulu ke pikiran jernih, dan semangat, baru menuntut ilmu.

Jangan sampai menuntut ilmu dijadikan pelampiasan rasa, jadinya kita tidak dapat apa-apa selain rasa yang sesaat hilang

Prinsipnya alirkan rasa terlebih dahulu, baru menuntut ilmu.

7. Dyas-IIP Depok
Terkait dengan Adab Terhadap Guru (Penyampai Sebuah Ilmu), pada point:
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, …

Tanya:
Selama ini, yang saya ketahui di komunitas IIP, apresiasi terhadap narasumber -yang ingin berinfak ilmu- berupa hasil karya ibu2 di IIP setempat.
-cmiiw-.
Sedangkan, narasumber pada umumnya diberikan apresiasi berupa uang.

Dalam rangka mencari ridho guru, bagaimana adab kita -iip- terhadap narasumber yg bersedia mengisi offline?

Mohon penjelasannya Bu Septi, selama ini bentuk apresiasi dari iip pusat terhadap narasumber yang berkenan hadir di salatiga seperti apa?
Apakah diperkenankan utk memberi apresiasi berupa uang ?

Terima kasih

Jawab :

Mbak Dyas,
“Keridhaan guru” adalah yang utama, maka biasanya kami menanyakan terlebih dahulu ke narasumber, ridhanya seperti apa. Apakah dihargai secara profesional? Kalau iya berapa? Apa saja yang harus kami penuhi? Kemudian tanyakan pada diri kita, sanggup atau tidak.

Apabila ridha nya guru mengatakan “saya ikhlas ” untuk komunitas free, maka sebaiknya transpot dan akomodasi kita yang tanggung. Kemudian diberikan apresiasi berupa penulisan ilmu beliau di berbagai sosmed yang kita miliki.

Prinsipnya “DON’T ASSUME” harus CLEAR and CLARIFY.

8. Vita-IIP Jakarta
Bu Septi, pada jaman sekarang, arus informasi & canggihnya teknologi sangat memudahkan sekali untuk mendapatkan berbagai ilmu yang diinginkan. Terkadang kemudahan ini menurut saya justru dapat membuat terlalu banyak ilmu yang masuk tetapi dalam pengaplikasian menjadi kurang maksimal jika tidak dibatasi.
Menurut ibu, bagaimanakah batasan atau kiat-kiat dalam menimba ilmu pada kondisi seperti ini?

Jawab :

Mbak Vita,
yang pertama tentukan terlebih dahulu, mata kuliah apa yang akan kita ambil di universitas kehidupan ini. Setelah ketemu, FOKUS di bidang tersebut. Maka gunakan prinsip :

Menarik tapi TIDAK tertarik
untuk godaan ilmu yang lain.

Totalitas dalam mencari ilmu di jurusan ilmu kita. Setiap info yang masuk gunakan sceptical thinking terlebih dahulu.

Default jawaban di otak kita selalu “TIDAK PERCAYA” sebelum mendapatkan dari sumber yang valid.

Cari sumber validnya. Sehingga ilmu tersebut baik dan benar. Setelah itu amalkan

Setiap selesai mendapatkan sebuah ilmu baru, saya dan Pak Dodik segera menuliskan, apa perubahan yang harus kita lakukan mulai esok hari berkaitan dengan ilmu tersebut.

9. Andini_IIP Bekasi
Izin bertanya Bu Septi,
1. Adab terhadap guru pada poin B. Bagaimana teknisnya untuk kelas online matrikulasi ?
2. Adab terhadap sumber ilmu di poin a,
Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari. Maksudnya bagaimana ya?

Misalkan saya dokumentasikan materi matrikulasi dalam S note saya..
Apakah termasuk yang tidak diperbolehkan ? Atau misalnya suatu saat saya ingin nge print materi matrikulasi untuk materi parenting paud kami dan untuk memudahkan membaca apakah diijinkan ?
Terima kasih. 🙏

Jawab :

Mbak Andini,
adab terhadap guru di kelas online matrikulasi ini tidak berbeda jauh dengan kelas offline. Kita perlu menyimak dengan seksama ketika sebuah ilmu sedang disampaikan, kemudian komitmen menjalankan tugas yang diberikan dan yang terakhir meminta “keridhaan” narasumber terhadap materi tersebut.

2. Maksudnya poin a, tidak meletakkan sembarangan sebuah sumber ilmu dalam bentuk buku dengan sembarangan adalah sebagai berikut :
a. Buku tidak diletakkan dalam posisi yang mudah terinjak secara langsung.
b. Buku yang sedang dipelajari tidak dilipat-dilipat halamannya.
c. Dan banyak lagi perbuatan lain yang selayaknya tidak kita lakukan terhadap sumber ilmu.

Bagi yang beragama Islam, pernah dapat ilmu kan untuk tidak memperlakukan Al Qur’an dengan sembarangan. Nah sejatinya di adab menuntut ilmu, hampir semua sumber ilmu harus diperlakukan dengan bijak. Silakan dirasakan kalau kita pernah menulis sebuah buku, kemudian buku tersebut diperlakukan seenaknya oleh orang yang membacanya, pasti rasanya sakit.

Apakah materi matrikulasi boleh diprint kemudian dibukukan dan dibagi di acara parenting?

Program matrikulasi ini program berkelanjutan dengan sistem pendampingan.

🍀Materi matrikulasi boleh di tulis secara runtut di blog/web pribadi kita masing-masing kemudian di share ke publik.

Yang tidak boleh adalah langsung share materi ke salah satu/beberapa grup WA tanpa pendampingan fasilitator. Karena ini program berkelanjutan, tidak boleh diterima sepotong-potong dengan sistem broadcasting ke sosmed messanger (seperti WA, line, telegram, dan lain-lain).
Kalau di wall fb, blog, web masih bisa ditelusuri satu persatu.

🍀 Apakah di print-out, kemudian dibagikan boleh?
Boleh diprint-out, akan lebih baik tidak dibuka kelas sendiri atau dibagikan kecuali mbak Andini sudah lulus matrikulasi batch#2 dan menjadi fasilitator matrikulasi. Kemudian memandu kelas matrikulasi ini secara offline. Dan dilaporkan ke IIP Pusat. Karena program matrik ini kita lakukan serentak se-Nasional per-3 bln sekali baik offline maupun online.

10. Mylfa-IIP Jakarta
Ketika kita sudah menerapkan skeptical thinking tapi malah di bully atau diejek, apa yang sebaiknya dilakukan?

Jawab :

Mbak Mylfa,
mungkin kita perlu menata bahasanya terlebih dahulu.

Prinsip sceptical thinking adalah sebagai berikut :
a. Tidak mudah percaya 100% terhadap berita yang masuk, baik itu berita baik maupun buruk.
Karena yang baik/buruk belum tentu benar.

b.Menanyakan kebenaran sebuah berita dengan sumber yang valid.
Ingat!
menanyakan BUKAN mempertanyakan.

Ini bedanya :
“Mohon maaf, infonya menarik banget mbak, kalau boleh tahu sumber berita ini darimana ya mbak?”
Menanyakan.

“Beneran mbak berita ini? Emang sumbernya mana?”
“Yakin?”
“masak iya sih?”

Mempertanyakan.

Apabila sudah menanyakan dengan baik dan anda justru do bully, berarti jelas mbak sudah salah masuk komunitas, maka lebih baik left grup.

Karena mereka yang senangnya asal kirim berita baik belum tentu benar, juga tidak akan tahan di IIP, karena akan ditanyakan terus menerus sumber berita dari semua member.

11. Ismi – IIP Pekanbaru
Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.

Hal-hal buruk di sini contoh konkritnya seperti apa, bu?

Jawab :

Mbak Ismi,
Hal – hal buruk ini berkaitan dengan hati. Dalam menuntut ilmu ini niat kita berangkat dari rasa iri, dengki, hasad, hasud, ingin memata-matai, ingin menjadi plagiator ilmu demi kepentingan pribadi dll.

Misal ada seseorang yang ikut program matrikulasi ini karena sebuah niatan ingin mencuri ilmunya saja untuk diterapkan di komunitas lain tanpa ijin, ini namanya TIDAK BERADAB, keberkahan tidak ada. Dan masih banyak contoh kasus lain.

12. Yani-IIP Jatim Selatan
Dalam arti menuntut ilmu apabila kita menemukan suatu kasus guru kita ternyata ada sedikit cacat akhlaq, misal keluarganya berantakan, dan anak-anaknya banyak yang berkasus dan terkadang apa yang beliau lakukan tidak sesuai dengan yang kita pelajari, apa yang harus kita lakukan?

Jawab :

Mbak Yani,
Kalau saya pribadi, tidak akan berguru dengan yang berakhlak seperti di atas. Ada sebuah kisah, seorang ibu akan mengirim anaknya menuntut ilmu, maka pesan beliau hanya satu :

Berangkatlah dan pelajari akhlak dan adab gurumu dulu, sebelum kamu menuntut ilmunya

Kalau saya jangankan untuk menuntut ilmu, untuk menjalin kerjasama bisnis pun, saya selalu lihat adab dan akhlak anaknya terlebih dahulu. Karena itu cermin dari adab dan akhlak ortunya.

Pernah ada bantahan, kalau ortunya akhlaknya baik, tapi qadarullah akhlak anaknya buruk karena lingkungan bagaimana?

Saya tanya,
“Kemana saja ortunya selama ini yang berakhlak dan beradab baik?”
“Mengapa tidak sempat menularkan untuk anak-anaknya?”

Artinya ada miss manajemen prioritas dalam hidupnya.

13. Henny – iip sulsel
A. Bismillah, Bu Septi, apakah di setiap kali pertama bertemu dengan peserta didik, kita harus menjelaskan adab menuntut ilmu?

B. Menurut ibu, adab menuntut ilmu diberikan ke anak usia berapa?

Jawab :

Iya mbak Henny, sudah saya jelaskan di atas bahwa :

ADAB sebelum ILMU” dan “ILMU sebelum AMAL

Sejak anak sudah bisa diajak bicara, ajarkan adab.

14. Izza-IIP Jepara
Bagaimana kalau kita se-rumah dengan saudara yang akhlaknya kurang baik dalam berkata padahal anak-anak kita sedang masanya meniru atau masih berumur 0-7th?

Jawab :

Mbak Izza, kalau sanggup untuk mendidik anak tersebut didiklah, ini ladang amal, kalau tidak sanggup pindah rumahlah.

15. Putri-IIP Malang
Assalamualaikum,
Bu Septi, dalam mengkaji semua ilmu kemungkinan kita akan menemukan “pembanding”. Sedangkan ada sebuah kutipan “kosongkan gelasnya dulu, agar air bisa masuk”.

Bagaimana kita menyikapi hal ini?
Bagaimana pula agar kita dapat keberkahan ilmu, jika masing-masing mengklaim bahwa yang dia bawa dan dia terapkan adalah hal yang benar dan yang lain kurang benar?
Dan bagaimana agar terhindar dari sikap fanatik terhadap tokoh tertentu dalam mengkaji ilmu.?
Terima kasih Bu.

Jawab :

Mbak Putri, wa’alaykumsalam wr.wb

Strategi:

a. Pra menuntut ilmu cari berbagai referensi seputar ilmu tersebut.
Agar kita tidak mudah terombang-ambing.
b. Saat menuntut ilmu, terima ilmu tersebut dengan tulus, apabila ada hal-hal yang menurut kita betentangan, langsung tulis di kertas, jangan simpan di otak. Karena penolakan itu akan menutup masuknya ilmu lain yang mungkin baik dan benar.
c. Post menuntut ilmu, langsung tanyakan ke narasumber hal-hal yg bertolak belakang dengan apa yang sudah kita ketahui. Cari referensi pembanding sebagai bahan diskusi anda mempertahankan sebuah ilmu.

Bagaimana dengan mereka yang fanatik dengan satu guru?
Ini SALAH.

Karena kebenaran mutlak itu hanya milik Allah

Manusia itu tempat salah dan lupa. Maka sebaiknya tidak menaruh harap dan bersandar pada manusia. Pasti anda akan kecewa.

Bersandar, fanatik, berharaplah hanya pada DIA.

16. Yulia-IIP KALSEL
Assalammualaikum Bu.
Semisal kita berada dalam sebuah Majelis Ilmu..lalu kita menanyakan tentang dalil nya dari hal yang disampaikan Guru, apakah itu termasuk tidak beadab dalam menuntut ilmu?

Saya juga pernah mendengar tentang menyampaikan pendapat yang berbeda dari 2 orang tentang satu hal yang sama, jadi seolah kita seperti membandingkan pendapat dari 2 guru, tapi kita bicarakan hanya dengan salah satu dari guru itu, katanya yang seperti itu juga tidak boleh dilakukan murid kepada gurunya. Jadi sebatas apakah kita boleh menyampaikan sesuatu kepada Guru?

Jawab :

Mbak Yulia,
dalam proses berpikir ilmiah, meminta sumber ilmu itu penting. Kalau di agama, disebut dalil. Maka gunakan bahasa yang benar, sehingga guru yang ditanya tidak tersinggung.

Kemudian jangan menyebut nama guru lain, di depan guru yang kita tanya kalau yang bersangkutan tidak bersama kita. Itu namanya mengadu dan membandingkan.

Lakukan tabayyun kedua belah pihak andaikata kita masih ragu.

17. Novy – IIP Cirebon
Apa maksud kalimat ini Bu Septi?

“Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan”

Apakah ADAB bila tidak bisa diajarkan, berarti tidak bisa dipelajari?

Jawab :

Mbak Novy,
dalam mendidik anak, lama-lama kita akan paham bahwa :

Anak-anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, namun mereka tidak pernah salah meng-copy.

Di tahap awal anak-anak 0-7 tahun hanya akan bisa meng-copy apa yang mereka lihat, maka akhlak dan Adab dari orang dewasa di sekitarnya akan lebih kuat ditularkan daripada diajarkan.

Usia 7-14, anak-anak mulai mencerna dari apa yang pernah diajarkan oleh orang dewasa di sekitarnya tentang adab dan akhlak dengan apa yang mau dia contoh.
Sehingga kalau guru menyampaikan ilmu adab yang baik tapi adabnya dia sendiri kurang baik, anak-anak usia ini tidak akan menghormati.

18. Ainun-IIP Surabaya
Assalamu’alaikum wr.wb Bu Septi,
seandainya dlm sebuah kelas belajar kita bertemu dengan teman sekelas yang banyak mengomentari guru, berbicara (sering vokals) tidak terarah dan cukup mengganggu. Apa yang sebaiknya dilakukan?
Terimakasih 🙏🏻

Jawab :

Wa’alaykumsalam wr.wb mbak Ainun.
Kalau bertemu dengan teman yang tipenya seperti itu, maka ucapkan “alhamdulillah” berarti ini ladang amal untuk mbak Ainun. Maka yang harus dilakukan :
a. Tegur dengan baik
b. Berikan solusi dengan alternatif pilihan yang baik.
c. Kalau tetap tidak berubah, sebaiknya kita yang menjauh.

19. Maya
Assalamualaikum wr wb.
Bagaimana cara kita ‘memaksa’ diri untuk menerapkan dan mengamalkan ilmu yang sudah didapat Bu?
Terkadang terlalu banyak ilmu yang didapat lalu terjadi tsunami ilmu, dan bingung harus memulai dari mana dulu akhirnya ilmu yang sudah didapat memuai entah kemana.

Terima kasih Bu 😊

Jawab :

Mbak Maya yang pertama tetapkan jurusan yang akan kita ambil, dan bangun prinsip hidup, setelah itu jadikan ilmu yang bertebaran menjadi referensi saja, jangan ditelan mentah-mentah.

Perkuat dengan buku dan literatur,
jangan percaya broadcast

Ikutlah program pembelajaran terstruktur seperti matrikulasi ini 😄👍

20. Wahyu – Iip Solo
Bagaimana Bu agar semangat menuntut ilmu tetap terjaga, tidak hanya di awal saja tapi sampai selesai dan bisa mengamalkannya.

Jawab :

Mbak Wahyu,
Pertama kali, carilah alasan terkuat mengapa kita harus belajar ilmu tersebut. Hal ini sering disebut sebagai :

Start from the finish line

Setelah itu buat milestone – nya, sehingga kita paham perjalanan menuntut ilmu kita ini sudah sampai dimana.

Memang tidak mudah, tapi kita bisa membuatnya menyenangkan dan penuh semangat.

21. Mz Yuli – Padang
Sampaikan apa yang sudah kita kerjakan, karena Allah akan meletakkan ilmu itu di lidah kita saat diucapkan, sehingga penuh dengan ruh, dan terkadang kita sendiri dapat ilmu baru saat menyampaikannya.
➡➡ Lalu bagaimana kalau selama ini kita belajar sambil menyampaikan apa yang sedang kita pelajari & yang sedang kerjakan kepada orang lain bu?
Apa sebaiknya berhenti dulu sampai kita merasa sukses dengan apa yang kita pelajari bu?😊

Jawab :

Mz Yuli,
Kuncinya saat dapat suatu ilmu segera praktekkan, tidak perlu harus nunggu sukses, melainkan proses yang berharga ini yang harus di sampaikan.

Misal :
saya baru saja dapat ilmu komunikasi produktif dari ibu profesional, isi materinya seperti ini bla…bla…
Yang sudah saya praktekkan bla…bla..bla..
Learning point yang saya dapatkan bla…bla…

Jadi kita tidak sekedar omdo aja.

22. Wayan
Bismillaah…Bu Septi…
Bagaimana caranya agar kita tetap bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan bisa mengerjakan tugas?
Karena kadang rasa malas datang, dan mulailah hilang semangat.
Kalau di ikutin rasa malas ini, apalagi seorang yang bekerja dan ibu rumah tangga yang pekerjaan shari-hari bersambung terus…😊 plus kadang kalau anak-anak bikin kesal, minat belajar pun gak ada.
Ada niat saja untuk belajar, tapi tetap malas. Belum bisa membagi waktu….. mohon pecerahan nya ibu…
Terima kasih.

Jawab :

Mbak Wayan,
ini urusan manajemen waktu yang harus dibenahi. Bagi waktu kita antara :
a. Mendidik anak
b. Pengembangan diri
c. Sosial masyarakat/bekerja

Selama 24 jam, gunakan masa transisi antar waktu tersebut untuk mengembalikan energi kita.

Misal :
Saat anak-anak sudah tidur ke pengembangan diri, bersiap sepenuh hati, dengan cara membersihkan diri, ganti lokasi dan suasana

Masa transisi dari bekerja ke rumah mendidik anak, maka panggil suasana bahagia, percantik diri. Karena saat berangkat kerja kita cantik maka pulang harus lebih cantik. Berangkat kerja kita sabar, pulang harus lebih sabar.

Sejatinya hanya anak dan suami kita yang paling berhak mendapatkan kondisi terbaik kita. Jangan dibalik. Dengan menerapkan hal tersebut yang saya rasakan Allah memberikan bonus energi luar biasa untuk kita.

Prinsipnya :

Jangan pernah menuntut apa yang seharusnya kita dapatkan, tapi pikirkanlah apa yang bisa kita berikan.

23. Vaya-IIP Bandung
Assalamualaikum wr wb.
Bu Septi, jika kita menghadapi keadaan :
1. Beberapa hal yang kita alami menuntut banyak “bekal ilmu dan keterampilan” yang saat itu kita belum/kurang siap bekal tersebut.
Karena kurang “bekal” jadilah kita menghadapi segala tantangan tersebut dengan “sikap yang tidak tepat/hati yang masih kotor”
2. Sementara disisi lain, kita harus segera menyelesaikannya…yang butuh menuntut ilmu yang kita butuhkan.
Bagaimana menghadapi hal tersebut?

Trimakasih Bu.

Jawab :

Mbak Vaya,
selama ini kita merasa “banyak” yang harus dikejar karena kita tidak menuliskannya dengan rinci. Sehingga justru jadi beban.

Yang saya lakukan dulu di awal menikah adalah menawarkan ke Pak Dodik beberapa tahapan pilihan berikut ini dalam periode 3 bulanan.
a. Anak terdidik dengan baik.
b. Rumah rapi terus
c. Masakan fresh setiap saat.

Saya bilang bahwa saya bukan wonder woman yang bisa semuanya dengan sempurna.

Maka Pak Dodik bilang, didik anak dengan baik dulu, belajar tahapan itu dulu selama 90 hari baru masuk tahap berikutnya.

Maka saya pilih prioritas
a. Belajar ilmu mendidik anak 90 hari pertama
b. Belajar ilmu mendidik anak + memasak di 90 hari kedua
c. Belajar ilmu mendidik anak + memasak + merapikan rumah di 90 hari ketiga.

24. Ismi – IIP Pekanbaru
“Kosongkan kepala dengan ilmu yang sudah pernah kita dapatkan dan penuhi dengan rasa ingin tahu. Sehingga kita tidak jadi orang yang sok tahu.”

Ini menjadi agak sulit bu.
Karena apa yang sudah kita dapat tentunya menjadi referensi dalam otak kita untuk meng”counter” ilmu pengetahuan baru yang kita dapat. Bagaimana tips mengosongkan kepala dr ibu?

Jawab :

Lihat jawaban saya di pertanyasn no 15 ya mbak Ismi, itu cara saya.

 

25. Kalau kita menuntut ilmu dengan membawa anak itu bagaimana?
Karena tidak ada yang dititipi. Memang hasilnya tidak maksimal..tapi daripada tidak sama sekali. Makasih.

Jawab :

Seorang ibu yang semangat menuntut ilmu tentu saja segala rintangan akan dihadapinya untuk mendapatkan ilmu tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana kalau kita memiliki anak kecil-kecil, yang tidak bisa ditinggal. Begini adabnya :

  1. Tanyakan ke penyelenggara apakah kelas ini mengijinkan anak-anak masuk diruangan atau tidak? DON’T ASSUME,

    Misal :

“Ah, pasti boleh, ini kan komunitas Ibu-ibu dan pasti punya anak kecil, jelas boleh lah”
ASSUME (praduga)

Harus di Clarify (klarifikasi) di awal. Tidak semua guru ridha kelasnya ada anak-anak dengan berbagai alasan kuat. masing-masing.

2. Apabila tidak diijinkan anak-anak di dalam kelas, maka kita tidak boleh memaksakan diri. Memilih alternatif untuk tidak berangkat, kalau memang tidak ada kids corner atau saudara yang dititipi.

3. Apabila diijinkan, maka kita harus tahu diri, tidak melepas anak begitu saja, berharap ada orang lain yang mengawasi, sedangkan kita fokus belajar, ini namanya EGOIS. Dampingi anak kita terus menerus, apabila anda merasa sikap dan suara anak-anak mengganggu kelas, maka harus cepat tanggap, untuk menggendongnya keluar dari kelas, dan minta maaf.

Meskipun tidak ada yang menegur, kita harus tahu diri, bahwa orang lain pasti akan merasa sangat terganggu. Jangan diam di tempat, hanya semata-mata kita tidak ingin ketinggalan sebuah ilmu.

Kemuliaan anak kita di mata orang lain, jauh lebih tinggi di bandingkan ilmu yang kita dapatkan.

Maka jaga kemuliaannya, dengan tidak sering-sering membawa ke forum orang dewasa yang perlu waktu lama. Karena sejatinya secara fitrah rentang konsentrasi anak hanya 1 menit x umurnya.

Untuk itu andaikata kita punya anak usia 5 tahun, menghadiri majelis ilmu yang perlu waktu 30 menit, maka siapkan 6 amunisi permainan atau aktivitas yang harus dikerjakan anak-anak. Kalau ternyata anak cepat bosa dari rentang konsentrasinya, segera undur diri dan fokus ke anak kita.

 

 

Review NHW #1
📚ADAB SEBELUM ILMU📚
———————————————————
Disusun oleh Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Apa kabar bunda dan calon bunda peserta Matrikulasi IIP Batch #2?
Tidak terasa sudah 1 pekan kita bersama dalam forum belajar ini. Terima kasih untuk seluruh peserta yang sudah “berjibaku” dengan berbagai cara agar dapat memenuhi “Nice Homework” kita. Mulai dari yang bingung mau ditulis dimana, belum tahu caranya posting sampai dengan hebohnya dikejar deadline:). Insya Allah kehebohan di tahap awal ini, akan membuat kita semua banyak belajar hal baru, dan terus semangat sampai akhir program.

Di NHW#1 ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena kita hanya diminta untuk fokus pada ilmu-ilmu yang memang akan kita tekuni di Universitas Kehidupan ini. Yang diperlukan hanya dua yaitu FOKUS dan PERCAYA DIRI. Jangan sampai saat kuliah dulu kita salah jurusan, bekerja salah profesi, sekarang mengulang cara yang sama saat menapaki kuliah di universitas kehidupan, tapi mengaharapkan hasil yang berbeda. Kalau Pak Einstein menamakan hal ini sebagai “INSANITY

INSANITY : DOING THE SAME THINGS OVER AND OVER AGAIN,AND EXPECTING DIFFERENT RESULT – Albert Einstein

Setelah kami cermati , ada beberapa peserta yang langsung menemukan jawabannya karena memang sehari-hari sudah menggeluti hal tersebut. Ada juga yang masih mencari-cari, karena menganggap semua ilmu itu penting.

Banyak diantara kita menganggap semua ilmu itu penting tapi lupa menentukan prioritas. Hal inilah yang menyebabkan hidup kita tidak fokus, semua ilmu ingin dipelajari, dan berhenti pada sebuah “kegalauan” karena terkena “tsunami informasi”. Yang lebih parah lagi adalah munculnya penyakit “FOMO” (Fear of Missing Out), yaitu penyakit ketakutan ketinggalan informasi. Penyakit ini juga membuat penderitanya merasa ingin terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain di media sosial. FOMO ini biasanya menimbulkan penyakit berikutnya yaitu”NOMOFOBIA”, rasa takut berlebihan apabila kehilangan atau hidup tanpa telepon seluler pintar kita.

Matrikulasi IIP Batch#2 ini akan mengajak para bunda untuk kembali sehat menanggapi sebuah informasi online. Karena sebenarnya sebagai peserta kita hanya perlu komitmen waktu 2-4 jam per minggu saja, yaitu saat diskusi materi dan pembahasan review, setelah itu segera kerjakan NHW anda, posting dan selesai, cepatlah beralih ke kegiatan offline lagi tanpa ponsel atau kembali ke kegiatan online dimana kita fokus pada informasi seputar jurusan ilmu yang kita ambil. Hal tersebut harus diniatkan sebagai investasi waktu dan ilmu dalam rangka menambah jam terbang kita.
Katakan pada godaan ilmu/informasi yang lain yang tidak selaras dengan jurusan yang kita ambil, dengan kalimat sakti ini :

MENARIK, TAPI TIDAK TERTARIK

Apa pentingnya menentukan jurusan ilmu dalam universitas kehidupan ini?

JURUSAN ILMU YANG KITA TENTUKAN DENGAN SEBUAH KESADARAN TINGGI DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN INI, AKAN MENDORONG KITA UNTUK MENEMUKAN PERAN HIDUP DI MUKA BUMI INI.

Sebuah alasan kuat yang sudah kita tuliskan kepada pilihan ilmu tersebut, jadikanlah sebagai bahan bakar semangat kita dalam menyelesaikan proses pembelajaran kita di kehidupan ini.

Sedangkan strategi yang sudah kita susun untuk mencapai ilmu tersebut adalah cara/kendaraan yang akan kita gunakan untuk mempermudah kita sampai pada tujuan pencapaian hidup dengan ilmu tersebut.

Sejatinya,

SEMAKIN KITA GIAT MENUNTUT ILMU, SEMAKIN DEKAT KITA KEPADA SUMBER DARI SEGALA SUMBER ILMU, YAITU “DIA” YANG MAHA MEMILIKI ILMU.

Indikator orang yang menuntut ilmu dengan benar adalah terjadi perubahan dalam dirinya menuju ke arah yang lebih baik.

Tetapi di Institut Ibu Profesional ini, kita bisa memulai perubahan justru sebelum proses menuntut ilmu. Kita yang dulu sekedar menuntut ilmu, bahkan menggunakan berbagai cara kurang tepat, maka sekarang berubah ke Adab menuntut ilmu yang baik dan benar, agar keberkahan ilmu tersebut mewarnai perjalanan hidup kita.

MENUNTUT ILMU ADALAH PROSES KITA UNTUK MENINGKATKAN KEMULIAAN HIDUP, MAKA CARILAH DENGAN CARA-CARA YANG MULIA.

Salam Ibu Profesional,
/Septi Peni Wulandani/

Sumber Bacaan :
Hasil Penelitian “the stress and wellbeing” secure Envoy, Kompas, Jakarta, 2015
Materi “ADAB MENUNTUT ILMU” program Matrikulasi IIP, batch #2, 2016
Hasil Nice Home Work #1, peserta program Matrikulasi IIP batch #2, 2016

Pertanyaan :
1. Bolehkah minta tips nya supaya kita bisa KONSISTEN dengan jadwal dan rencana yg sudah kita buat? Finny, Bogor

Jawab :

Mbak Finny,
agar bisa konsisten mulailah dengan satu komitmen terlebih dahulu, latih selama 30 hari pertama, konsisten atau tidak, kemudian lanjut di 30 hari kedua, dan tambahkan di 30 hari ketiga. Apabila sudah terjadi selama 90 hari konsisten, baru tambah dengan komitmen berikutnya, kalau istilah kerennya “ONE BITE at A TIME” (setiap satu gigitan, telan dulu, jangan buru-buru gigit makanan lagi).

2. Saya mau tanya Bu,
Bagaimana kalau kita memiliki 2 jurusan ilmu yang ingin ditekuni?
Sukma, Pekanbaru

Jawab :

Nggak papa mbak Sukma, selama kita bisa konsisten mempelajarinya. Seiring berjalannya waktu bakalan banyak ilmu-ilmu pendukung yang harus kita pelajari. Tapi bisa menentukan satu jurusan ilmu, sudah setengah dari keberhasilan menemukan jalan hidup kita.

3. Apakah memungkinkan untuk mempelajari keduanya secara bersamaan atau lebih baik fokus ke salah satu ilmu dulu ya Bu?

Jawab :

Fokus itu akan jauh lebih baik hasilnya.

4. Bagaimana jika kemudian dalam perjalanan memain fungsi dan peran kita sebagai Ibu, kita menemukan bahwa ternyata ada ilmu lainnya yang kemudian sangat kita butuhkan justru melebihi dari ilmu yang sekarang kita geluti. Apakah memungkinkan untuk beralih secara sadar atau kita bahkan secara bersamaan melakoninya? Karena hemat saya setiap ilmu itu tenyata beririsan satu sama lain.
Raudhah, Sulsel

Jawab :

Mbak Raudhah, tidak ada ilmu yang sia-sia, semua pasti memiliki saling keterkaitan dalam kebermanfaatan, maka istilah “connecting the dot” akan bekerja di ranah ilmu ini. Yang penting MULAI, jangan terlalu lama BERHENTI dan GALAU.

5. Bagaimana agar percaya diri itu ttap ada dan kita yakin bahwa jurusan yang kita pilih itu memng jurusan yang benar, dan tdk mengulang kesalahan yg sama? Krna terkadang keraguan masih suka dtang.
Risa

Jawab :

Mbak Risa, just DO IT.
Hanya itu, lakukan saja.

Bagaimana kita bisa tahu yang benar, kalau kita tidak pernah merasakan salah. Karena sejatinya tidak ada kata gagal, yang ada hanyalah hasil yang berbeda, maka kita harus siap mengubah strategi saja, tidak diam dan berhenti.

6. Bu Septi, saya pernah membuat mind map akhir tahun lalu, aktivitas belajar manajemen rumah tangga, dan aktivitas sosial yaitu kuliah parenting dengan tetangga kompleks.
Namun jadi tidak bisa fokus karena masa transisi mau resign kerja dan pindah rumah, terutama dalam hubungan sosial bertetangga. Karena lingkungan di rumah yang dulu tidak membawa manfaat (pertemuan, ghibah, dan lain-lain) sehingga saya tidak ikut acara-acara di kompleks.
Setelah resign kerja dan pindah ke Yogya, yang tetangga pada guyub sering acara sosial di sekitar rumah, saya jadi canggung mau memulai karena terbiasa berteman secara online.
Bagaimana mengatasinya ya Bu?

Jawab :

Kuncinya hanya satu mbak, HADAPI.
Jangan pernah lari dari kenyataan.
Karena dimana kita ditempatkan, disitulah sebenarnya Allah sedang memberikan peluang untuk melakukan berbagai peran hidup kita. Antara online dan offline itu sebenarnya memiliki kesamaan pola, pelajari dan praktekkan.

7. Bolehkah kita mempelajari beberapa ilmu yang ingin dipelajari?
Karena saya pikir ketiganya saling berkaitan, diantaranya ilmu tentang Adab Islami; ilmu parenting ala nabi; ilmu tentang do’a di dalam Al-qur’an.

Jawab :

boleh banget mbak, justru saling berkaitan kan.

Leave a comment