My Seminary

Secuil Kisah Parenting di RA Permana Asih, Bandung

image

Keriuhan ibu-ibu Permana Asih dalam mengarungi pencarian ilmu Parenting.
Alhamdulillah,
Kami segenap bunda-bunda produktif siap serap-serap ilmu dari Bu Lilis Komariah, M. Psi.

Beliau adalah pakar parenting yang memiliki basic keilmuan di bidangnya. Dengan membuka sekolah Anak Langit, beliau konsen sekali dalam bidang tumbuh kembang anak.

Kali ini, materi yang ingin disampaikan bertemanakan Sosial Emosional.

Apa yang dimaksud dengan Sosial Emosional?

Yang dimaksud adalah sikap kita dalam pergaulan bermasyarakat.
Karena sejatinya,
Menurut penelitian Daniel Golemen (1995) bahwa orang sukses itu ditentukan dari 20% kecerdasan intelektual dan 80% kecerdasan emosional, sosial dan spiritual.

Artinya apa?
Artinya bahwa Anak pandai intelektualitasnya saja, belum cukup baik. Yang paling baik adalah Anak dengan kemampuan dalam mengendalikan diri, mengendalikan emosi, mengekspresikan segala yang dirasakannya dengan cara yang sesuai.

Maka dari itu, melatih anak untuk mengekspresikan emosi itu PERLU.

Sedangkan menurut Joseph Sons, Manusia itu harus lebih sehat mentalnya.
Karena wilayah mental adalah wilayah yang paling luas cakupannya daripada wilayah fisik.

Sehingga perlu di cek.
1. Punyakah Kita Identitas Diri?
Saya itu siapa?
Bila saya sedang marah itu bagaimana?
Bila saya sedang sedih, kesal, kecewa, dll ..saya itu seperti apa?

Bisa jadi kita menganggap diri kita baik, namun oranglain belum tentu beranggapan demikian.
Maka hal yang paling bijaksana adalah cek bagaimana diri kita menurut pandangan oranglain.
Bisa tanya pada orang-orang terdekat.
Contohnya suami/istri, sahabat terdekat, tetangga terdekat.

2. Punya Tujuan.
Sebagaimana Hidup, kita berumahtangga HARUS punya TUJUAN.
Mempunyai anak pun HARUS mempunyai TUJUAN.

Mau di kemanakan rumahtangga ini..jangan asal saja menjalankan rutinitas tiap hari.
Karena pasti berbeda hasilnya antara Rumah tangga yang memiliki tujuan dengan yang tidak.

3. Seimbang
Seimbangkan antara Fisik, Emosi, Sosial, dan Spiritual dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Fisik.
Dengan cara : Berolahraga, Makan dan istirahat yang cukup.

Emosi.
Fokus dalam mengatur keseharian.
Fokus dalam mengatur Rumah tangga, Anak, dan rutinitas lainnya.

Sosial.
Seorang ibu yang mudah marah, maka yang perlu diobati dahulu adalah psikologis sang ibu dahulu.

Spiritual.
Perbanyak mendekatkan diri pada sang illahi yang Maha Penggenggam hati. Agar selalu tenang dalam menghadapi segala masalah.

4. Mengintegrasikan masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.

Maksudnya adalah secara tidak sadar kita akan memanggil memori lama kita kembali ketika dalam keadaan terdesak. Dan itu terjadi tanpa kita sadari.
Contoh:
Ketika anak berbuat sesuatu yang membuat kita kesal, maka kita cenderung akan berlaku/ bersikap seperti yang pernah dilakukan oleh orang tua kita terdahulu.
Mengomel panjang lebar bahkan sampai memukul atau mencubit anak.

Pola asuh yang demikian disebut dengan pola asuh turun-temurun (wiring).

Pola asuh yang demikian dapat mematikan karakter anak bahkan sampai 7 turunan.
Maka dari itu, berubahlah Ibu..!

Berubahlah, bahwa mendidik anak itu harus dengan kesadaran dan hati yang tenang.

5. Menyesuaikan diri.
Sesuaikan diri seperti yang dibutuhkan lingkungan.
Banyak-banyaklah belajar dari anak-anak dengan karakter mereka yang tidak menyimpan dendam. Meskipun mereka bertengkar, sedetik kemudian mereka akan berbaikan dan bermain seperti biasa seolah tidak terjadi apapun.

Maka, berlatihlah:
1. Mengekspresikan Emosi.
Saat marah, sedih, ataupun kesal.
Saat senang dan bahagia.
Lakukanlah latihan tersebut, nanti anak akan meniru ekspresi kita.

2. Regulasi Emosi.
Berkomunikasi produktif pada anak. Tidak semua rangsangan emosi yang hadir dalam hidup ini HARUS diresponse.

Misal :
Tiba-tiba anak datang dengan keadaan menangis. Apa yang harus kita lakukan?

Dudukkan si anak.
Lalu minta diceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian CEK and RICEK. Apakah memang seperti itu yang terjadi?

Latihlah diri ini saat menghadapi masalah bagaikan ilmu kura-kura, yakni:
1. Ambil napas panjang…
(biasakan menggunakan pernapasan perut)
2. Berpikirlah positif.
3. Ambil tindakan dengan bertabayyun (CEK dan RICEK).

Sesi TANYA – JAWAB.

Pertanyaan 1.
Anak saya bermasalah dengan sosialisasi, Bu Lilis. Jadi dia tidak bisa mengekspresikan emosi nya pada lingkungan. Padahal dia anak ke 3.
Bagaimana yaa Bu Lilis agar saya bisa membantu anak saya?

Jawab:
Kenali tipe-tipe anak dahulu. Ada 3 tipe anak, yakni :
1. Jago kandang.
Jadi dirumah si anak berani, namun begitu keluar dari lingkungannya, dia tidak berani.
2. Di rumah si anak tidak bisa, namun begitu di lingkungan luar, dia oke banget.
3. Antara di rumah dan di luar, sama saja.

Solusinya:
* Bisa jadi faktor genetik atau keadaan emosional Ibu saat sedang hamil.
* Butuh pemanasan saat menghadapi lingkungan baru. Sehingga perlu diberi sugesti positif terlebih dahulu.
* Ekspektasi orangtua terhadap anak ada baiknya diturunkan. Tidak perlu membandingkan anak kita yang satu dengan yang lain. Terlebih lagi dibandingkan dengan teman-temannya.

Jangan pernah lakukan :
* Mengomel yang berkepanjangan
* Membandingkan dengan anak lain
* Mengancam
* Menyogok
(apabila berniat memberikan reward maka berikanlah di saat anak sudah selesai melakukannya)
* Menyakiti secara verbal maupun non-verbal.

Pertanyaan 2
Perlukah kita menunjukkan lingkungan baik dan lingkungannya buruk kepada anak?

Jawab:
Perlu.
Asalkan sudah cukup umur.
Paling tidak usia anak lebih besar dari SMP.

Kalau anak masih usia preschool hanya ditunjukkan lingkungan yang baik-baik, dikarenakan kemampuan anak di bawah umur adalah meniru dan merekam apa yang telah mereka lihat.

Pertanyaan 3
Bagaimana menghapus kesalahan saya yang dulu pernah saya lakukan kepada anak terkait pola asuh yang kurang benar? (wiring)

Jawab.
Perbaiki pola asuh yang dulu dirasa kurang benar dengan cara :
1. Tanyakan pada anak.
“Bagaimana Ibu dulu?”
2. Minta maaflah pada anak dengan sungguh-sungguh.
Apabila anak tidak berkenan memaafkan, maka ikhlaskan.

Adanya perasaan bersalah (guilty feeling) mengakibatkan anak menjadi tidak mandiri atau ketidakmampuan orangtua menolak permintaan anak.

3. Maafkanlah diri sendiri dan jangan diulangi lagi.

Pertanyaan 4
Saya punya 2 anak yang jaraknya berdekatan, Ibu. Dan sering sekali si adik melakukan sesuatu yang menyakiti kakaknya, sering jealous dan berebut sesuatu.
Bagaimana menyikapinya yaa, Bu Lilis?

Jawab.
Kalau bisa, punya anak jangan 1. Agar terlatih melihat keunikan anak dan mampu mengambil sikap yang tepat saat menghadapi masalah.

Coba ajarkan:
1. Kecerdasan Emosional.
Karena anak lebih dari satu, dan jaraknya berdekatan itu memungkinkan adanya sibling rivalry yakni sikap saling bersaing antar saudara.
2. Pilihkan kata-kata yang baik untuk sang kakak.
3. Ajarkan kepemilikan dari kecil.

Pertanyaan 5
Bu Lilis, bagaimana mengatur waktu dalam mengurus rumahtangga dan berkegiatan diluar rumah?

Jawab.
Terkait dengan management waktu.
1. Menyelesaikan beberapa hal dalam satu waktu dan benar-benar selesai.
2. Ketika urusan yang seharusnya sudah di selesaikan selesai, maka fokus lah dalam mengerjakan sesuatu.
Karena manusia tidak ada yang bisa fokus dalam banyak hal.
3. Mandirikan anak-anak.
Ketika anak telah mandiri, maka kita akan lebih ringan dalam mengerjakan sesuatu.
4. Titipkan anak-anak saat kita tinggalkan bertugas di luar kepada Allah.

Demikian resume seminar parenting di sekolah RA PERMANA ASIH.
Semoga bermanfaat.

image

Posted from WordPress for Android

Leave a comment